Selasa, 16 Agustus 2011

CONTOH PROPOSAL


Peningkatan kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah
GURU BAHASA DAN SASTRA INDONESIA melalui pembelajaran
dengan Teknik ProBING

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dari penelusuran pustaka yang dilakukan, diketahui bahwa pengetahuan itu secara umum ada dua macam, yaitu pengetahuan sosial, seperti nama satuan atau lambang, dan pengetahuan logika matematika. Dalam suatu pembelajaran, pengetahuan sosial relatif dapat ditransfer dari pengajar ke pembelajar, sedangkan pengetahuan logika matematika tidak demikian, tidak seperti menuangkan air ke dalam gelas. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan logika matematika itu dibangun oleh pembelajar sendiri.
            Dengan munculnya teori konstruktivisme, maka lahirlah model pembelajaran konstruktivis, yang pada intinya mengubah proses belajar mengajar (PBM) menjadi proses pembelajaran, yaitu membelajarkan pembelajar atau membuat agar dia belajar. Namun demikian, teori tetaplah teori dan model tetaplah model. Untuk diterapkan di kelas, yang namanya teori atau model terlalu luas dan tidak aplikatif.
Apabila kita memiliki pandangan bahwa teori dan model konstruktivisme itu baik, lalu bagaimana cara memanfaatkannya untuk membelajarkan siswa? Dahar (1996:160-162) menyarankan bahwa langkah pertama untuk menerapkan model konstruktivisme adalah menyiapkan benda-benda nyata, membiarkan siswa berbuat sesuatu terhadap benda tersebut, lalu ajukanlah pertanyaan-pertanyaan. Joyce & Weil (1980:123) memberi saran yang agak berbeda. Menurutnya, hadapkanlah siswa pada situasi yang mengandung teka-teki (puzzling situation), lalu selidikah respon siswa dan lanjutkan dengan menyelidiki penalarannya.
            Dari dua saran tersebut tampak bahwa pengajar hanya sebagai fasilitator dalam membimbing pembelajar agar dapat membangun pengetahuannya sendiri. Kelihatannya cara tersebut amat sederhana.
            Masalahnya adalah cukupkah cara yang sederhana itu dijadikan pedoman oleh pengajar untuk menerapkan model konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas? Tentu tidak, langkah-langkahnya perlu rinci dan sistematikanya harus jelas.
Kami mencoba menggabungkan kedua saran itu dan menyusunnya menjadi langkah-langkah yang berurutan. Langkah-langkah yang berurutan tersebut kemudian disebut teknik probing yang di dalamnya mengandung banyak pengajuan pertanyaan.
Dengan mengajukan pertanyaan, pengajar dapat memotivasi pembelajar, merangsang pembelajar untuk berpikir, dan mengarahkan perhatiannya pada apa yang sedang dibacanya. Selain itu juga Harjasujana (1987:67) menyatakan bahwa untuk mendorong siswa membaca dalam arti berpikir, pengajar harus memberikan bimbingan agar pembelajar didorong untuk mengadakan interaksi dengan materi bacaannya, yaitu melalui pemberian pertanyaan. Ketika mendapat pertanyaan, pembelajar dapat berperan secara aktif, dan pemikirannya bisa lebih kritis. Hal itu sangat berguna terutama untuk memahami materi pelajaran, bahan bacaan yang ada di dalam buku-buku, atau bacaan ilmiah lain yang berupa gambar, grafik, atau bagan.
Namun, dari hasil penelitian yang melibatkan guru di Kotamadya Bandung tahun 1995 (Rustaman, 1995:3) diperoleh data bahwa sebagian besar (73,3%) guru masih menganggap fungsi pertanyaan hanya semata-mata untuk menguji kemampuan siswa. Padahal sejak zaman Socrates (Depdikbud, 1996:30), pertanyaan yang tepat telah diketahui dapat membantu guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Dengan mengajukan pertanyaan (Harjasujana, 1987:71), pembelajar yang sedang membaca buku dapat dihadapkan pada berbagai masalah yang lebih luas, serta dilatih untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca ilmiah dan sekaligus menerapkan dan menghubungkan hasil membacanya dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh  Haryanto (1999:56) terhadap 113 siswa menunjukkan bahwa 83,2% kemampuan membaca ilmiah siswa masih rendah, 16,8% kemampuannya sedang, dan tidak ditemukan siswa yang kemampuan membaca ilmiahnya tinggi. Ditemukan juga dari penelitian tersebut bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95% antara kemampuan membaca ilmiah dengan prestasi belajar.
Jadi, kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah merupakan modal dasar untuk dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Konsep ini sangat berguna untuk mengembangkan model-model pembelajaran lainnya bagi guru.
Dengan demikian, apabila materi pelajaran itu merupakan pengetahuan logika matematika dan pengajar menghendaki agar pembelajar meningkat kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiahnya, lalu kemudian mampu membangun pengetahuannya sendiri, sehingga hasil belajarnya dapat meningkat, maka teknik probing merupakan pilihan yang baik.
Akan tetapi indikasi yang ditunjukkan itu masih perlu diuji kebenarannya. Oleh karena itu kami bermaksud mengkajinya dan sekaligus menyempurnakannya dalam sebuah penelitian agar hasilnya bisa menjadi sebuah model yang bermanfaat.  Sesuai dengan harapan tersebut, penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas dengan judul ”Peningkatan Kemampuan Berpikir dan Kemampuan Membaca Ilmiah Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Melalui Pembelajaran Dengan Teknik Probing, (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SD di Kecamatan Padalarang )”.

 

 

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah guru Bahasa dan Sastra Indonesia SD melalui pembelajaran dengan Teknik Probing di Kecamatan Padalarang.
Masalah tersebut kemudian diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.
  1. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan Teknik Probing bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia SD di Kecamatan Padalarang?
  2. Bagaimana aktivitas guru dalam mengikuti pembelajaran Teknik Probing?
  3. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir guru setelah mengikuti pembelajaran dengan Teknik Probing?
  4. Bagaimana peningkatan kemampuan membaca ilmiah guru setelah mengikuti pembelajaran dengan Teknik Probing?
  5. Apakah pembelajaran dengan Teknik Probing pada Diklat Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SD di Kecamatan Padalarang dapat membantu peserta dalam membangun pengetahuannya sendiri?


1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah penggunaan teknik probing dalam meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah guru Bahasa dan sastra Indonesia SD di Kecamatan Padalarang.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.
1.   Guru yang menjadi subjek penelitian
      Kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiahnya meningkat, serta mampu membangun pengetahunnya sendiri, sehingga hasil belajarnya menjadi lebih baik.
3.   Metode dan Teknik
      Teknik Probing dapat digunakan sebagai model atau contoh salah satu teknik penyajian untuk dikembangkan sendiri sesuai dengan bahan ajar yang akan disajikan.
5.   Bagi instansi/lembaga penentu kebijakan dalam bidang pendidikan
      Sebagai informasi awal bagi pengembangan kurikulum dan pengembangan metodologi pembelajaran bahwa penggunaan Teknik Probing dalam suatu pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan membaca ilmiah, serta dapat membantu Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam membangun pengetahuannya sendiri.

1.5 Variabel Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini memiliki empat variabel sebagai berikut.
1.      Penggunaan teknik probing, merupakan variabel bebas (independen) yang direncanakan oleh peneliti bekerjasama dengan instruktur (penatar) dalam bentuk Satuan Acara Pengajaran (SAP) yang secara khusus menerapkan teknik probing untuk satu kali tatap muka (2 jam pelajaran).
2.      Aktivitas peneliti, merupakan variabel bebas yang diukur dengan Format Observasi.
3.      Aktivitas guru , merupakan variabel terikat yang diukur dengan Format Observasi STOS (Science Teaching Observation Schedule).
4.      Kemampuan guru dalam menyimpulkan, merupakan variabel bebas yang diukur dengan Format Observasi.
5.      Kemampuan guru dalam menjawab benar dengan alasan tepat, merupakan variabel bebas yang diukur dengan Format Observasi.
6.      Kemampuan Berpikir Guru, merupakan variabel terikat yang akan diukur dengan tes kemampuan berpikir (TKB) sebelum dan sesudah peserta Diklat mengikuti pembelajaran pada setiap siklus penelitian.
7.      Kemampuan Membaca Ilmiah Guru, merupakan variabel terikat yang akan diukur dengan tes kemampuan membaca ilmiah (TKMI) sebelum dan sesudah peserta mengikuti pembelajaran dalam setiap siklus penelitian.
8.      Kemampuan Membangun Pengetahuan, merupakan variabel terikat yang diukur dengan Format Observasi, Angket, dan Wawancara ketika selesai pembelajaran dalam setiap siklus penelitian.

Tabel 1.1 Peta rumusan masalah, variabel penelitian, instrumen, dan satuan pengukuran
No
Rumusan Masalah
Variabel Penelitian
Instrumen Pengukuran
Satuan Pengukuran
1
Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan Teknik Probing  bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia ?
1a.    Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Teknik Probing.
1b.   Aktivitas Penatar
1a. Format Observasi


1b. (STOS)
1a. Prosentase Keterlaksanaan

1b. Prosentase
2
Bagaimana aktivitas guru dalam mengikuti pembelajaran dengan Teknik Probing?
2.a.   Aktivitas Peserta
2.b    Kemampuan Berpikir (menjawab benar dengan alasan yang tepat) berdasarkan tingkatan berpikir :
·         Ingatan-Kognitif
·         Berpikir Konvergen
·         Berpikir Divergen
·         Berpikir Evaluatif
2.a. (STOS)
2.b. Format Observasi
2.a. Prosentase
2.b. Prosentase
3
Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir guru  setelah mengkuti pembelajaran dengan Teknik Probing?
2.  Kemampuan Berpikir
2.  Soal Tes Kemampuan Berpikir (TKB)
2. Skor TKB : 1-9
Kategori Skor :
1-3 : Rendah
4-6 : Sedang
7-9 : Tinggi
4
Bagaimana pengingkatan kemampuan membaca ilmiah guru setelah mengukuti pembelajaran dengan Teknik Probing?
3.   Kemampuan Membaca Ilmiah
3.  Soal Tes Kemampuan Membaca Ilmiah (TKMI)
3. Skor TKMI : 1-9
Kategori Skor :
1-3 : Rendah
4-6 : Sedang
7-9 : Tinggi
5
Apakah pembelajaran dengan Teknik Probing dapat membantu peserta dalam membangun pengetahuannya sendiri?
4.  Membangun pengetahuan
4.a Observasi
4.b Wawancara
4.a Prosentase
4.b Kecenderungan


1.6 Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut dijelaskan beberapa istilah yang dipandang penting untuk diketahui.
1.      Proses pembelajaran dengan menggunakan Teknik Probing adalah serangkaian aktivitas penatar dalam mengimplementasikan satuan acara pembelajaran dengan teknik Probing yang sudah direncanakan sebelumnya ke dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran di kelas.
2.      Teknik Probing adalah suatu teknik dalam pembelajaran dengan cara mengajukan satu seri pertanyaan untuk membimbing pembelajar  menggunakan pengetahuan yang telah ada pada dirinya guna memahami gejala atau keadaan yang sedang diamati sehingga terbentuk pengetahuan baru (Wijaya, 1999:7)
3.      AktivitasGuru adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengikuti pembelajaran yang meliputi : menyimak informasi, mengajukan pertanyaan, mencari data, mengolah data, menyimpulkan, dan menjawab pertanyaan.
4.      Kemampuan Berpikir adalah kemampuan dalam mengolah informasi yang diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah baru yang berbeda (Degeng, 1989:177).
5.      Kemampuan Membaca Ilmiah adalah kemampuan dalam memahami suatu bacaan ilmiah yang meliputi kemampuan memahami kebahasaan, kemampuan memahami konsep utama dalam bacaan, serta kemampuan memahami makna dari lambang-lambang, variabel-variabel, satuan-satuan, dan hubungan antar variabel berikut kecenderungannya yang dikemukakan dalam gambar, bagan, dan grafik (Haryanto, 1999:7).
6.      Membangun pengetahuan sendiri adalah proses asimilasi dan akomidasi yang dilakukan oleh peserta sendiri sampai dirinya memperoleh pengetahuan baru yang sebelumnya tidak dimiliki.

1.7 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel  Jadwal Penelitian
No.
Jenis Kegiatan

Waktu

1.
Pengidentifikasian masalah
1 -7 Agustus 2007
2.
Penyusunan proposal penelitian
1 -7 Agustus 2007
3.
Penyusunan instrumen penelitian
1-15 Agustus 2007
4.
Pengujicobaan instrumen penelitian
20 – 31Agustus 2007
5.
Penganalisisan hasil uji coba instrumen
3 – 8 September 2007
6.
Pengumpulan data


Siklus I
9 September 2007

Siklus II
10 September 2007

Siklus III
11 September 2007
9.
Pengolahan dan Penganalisisan data
12-13 September 2007
10.
Penyusunan laporan penelitian
14-15 September 2007

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More